Selasa, 12 April 2016

Memanfaatkan Daya Saing Budaya lokal untuk Kewirausahaan yang berdaya saing internasional

Joy Elly Tulung Webdesigner di Manado

Memanfaatkan Daya Saing Budaya lokal untuk Kewirausahaan yang berdaya saing internasional 

Oleh: Joy Elly Tulung

Menurut Griffin dan Pustay (2005) Unsur-unsur dasar kebudayaan  adalah struktur sosial, bahasa, komunikasi, agama, dan nilai-nilai serta sikap. Interaksi unsur-unsur ini mempengaruhi lingkungan lokal yang merupakan tempat bisnis internasional dijalankan
Struktur Sosial
·         Stratifikasi sosial. Berbagai masyarakat beda-beda dalam tingkat stratifikasi sosialnya. Semua masyarakat mengelompokkan orang-orang dalam batas tertentu berdasarkan kelahiran, pekerjaan, tingkat pendidikannya atau ciri-ciri lainnya.
·         Mobilitas sosial. Adalah kemampuan individu berpindah dari suatu strata masyarakat ke strata lainnya

Minahasa:
Pada dasarnya Minahasa memiliki 9 sub-etnik, tapi saat ini ke-9 sub-etnik tersebut sudah tercampur baur membentuk masyarakat Minahasa saat ini. Masyarakat Minahasa juga sudah mendapat pendidikan sejak kedatangan Belanda di tanah Minahasa. Terbukti saat ini angka buta aksara di Sulawesi Utara yang penduduk mayoritasnya adalah suku Minahasa adalah yang terendah di Indonesia pada kategori 15 tahun dan diatas 45 tahun yaitu 0,85% untuk penduduk yang berumur 15 tahun, dan 1,83% yang berumur diatas 45 tahun sedangkan umur 15 sampai 45 tahun Sulawesi Utara berada di posisi kedua dibawa DKI Jakarta dengan presentasi 0,32%(BPS, 2008)
Bahasa
Bahasa adalah cerminan utama kelompok-kelompok budaya karena bahasa merupakan sarana penting yang dipakai anggota-anggota masyarakat untuk berkomunikasi satu sama lain
·         Bahasa sebagai senjata bersaing. Ikatan-ikatan bahsa sering menciptakan keunggulan bersaing  yang penting karena kemampuan berkomunikasi sangat berperan penting dalam menjalankan transaksi bisnis. 
·         Bahasa perantara. Untuk menjalankan bisnis, para pelaku bisnis internasional harus mampu berkomunikasi. Sebagai akibat dominasi ekonomi dan militer inggris pada abad sembilan belas dan dominasi amerika serikat sejak perang dunia ke ii, bahasa inggris telah muncul menjadi bahasa umum uang dominan, atau bahasa internasional, bisnis internasional. 
Minahasa:
Minahasa memiliki 9 bahasa sub-etnik, dengan beraneka ragam bahasa yang ada di Minahasa membuat Minahasa suka untuk belajar bahasa asing. Ini dibuktikan bahasa Melayu Manado saat ini adalah campuran dari bahasa-bahasa yang dibawa oleh bangsa asing ketika datang ke tanah Minahasa, yaitu: Belanda, Spanyol, Portugis dan juga Jepang.
Dengan kemampuan menguasai bahasa asing yang baik, ini bisa dikembangkan agar supaya bisa bersaing dalam dunia bisnis internasional
Komunikasi
·         Komunikasi diluar batas budaya, secara verbal maupun nonverbal, adalah suatu keahlian yang sangat penting bagi para manajer internasional. Walaupun komunikasi sering dapat berlangsung salah diantara orang-orang yang mempunyai kebudayaan yang sama, peluang miskomunikasi akan sangat meningkat apabila orang-orang tersebut berasal dari budaya yang berbeda-beda. 
Minahasa:
Seperti halnya dalam berbahasa, suku Minahasa memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan bangsa asing, itu sudah dibuktikan sejak kedatangan Portugis dan Spanyol pada abad ke-14. 
Dengan kemampuan berkomunikasi yang baik, hal ini bisa dikembangkan untuk menjadi salah satu senjata dalam melakukan bisnis internasional, yaitu kemampuan berkomunikasi dengan orang asing
Agama
·         Agama adalah aspek penting kebanyakan masyarakat. Agama mempengaruhi bagaimana cara anggota-anggota masyarakat berhubungan satu sama lain dan dengan pihak luar.
Minahasa:
Suku Minahasa dengan gampang bisa menerima ajaran dari Kristen karena memiliki memiliki agama purba yang mirip dengan Kristen.
Dengan memiliki ketaatan beragama yang baik, ini bisa dikembangkan dalam berbisnis yaitu mempertahankan etika keagamaan dalam berbisinis, hal tersebut dapat membantu bersaing dalam bisnis internasional
Nilai Dan Sikap
·         Budaya juga mempengaruhi dan mencerminkan dan sikap anggota-anggota tersebut masyarakat.
Nilai adalah prinsip dan standar yang  diterima anggota-anggota tersebut; sikap terdiri atas tindakan, perasaan dan pemikiran yang dihasilkan nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai budaya sering berasal dari kepercayaan yang sangat mendalam tentang kedudukan individu dalam hubungan dengan yang ilahi, keluarga, dan hierarki sosial yang kita bahas sebelumnya
Minahasa:
Masyarakat Minahasa memiliki sikap yang egaliter (Renwarin, 2007), sikap berorganisasi yang baik juga telah ada pada masyarakat Minahasa melalui Mapalus. 
Mapalus (Rambet, 2004) adalah suatu institusi warisan leluhur di Minahasa yang berorientasi aktivitasnya didasrakan pada falsafah hidup masayarakat Minahasa yaitu Si Tou Timou Tumou Tou (Manusia hidup untuk menghidupi (sesama) manusia).
Adapun kelebihan orang Minahasa yang bisa dikembangkan untuk dapat bersaing dalam melakukan bisnis internasional adalah:
1. Kesetaraan Gender
Menurut Wenas (2007:10) sejak zaman Minahasa Purba, kesetaraan gender itu sudah ada di Minahasa, itu dibuktikan bahwa Tonaas (Pemimpin) dan Walian (Pemimpin agama) orang Minahasa sudah pernah dipegang oleh perempuan. Jadi dalam dunia bisnis internasional budaya ini sangat menguntungkan karena dalam dunia globalisasi saat ini pria maupun wanita berada dalam posisi yang sama.
2. Berjiwa bisnis
·         Suku Minahasa sudah sejak abad ke-7 melakukan bisnis internasional, yaitu melakukan barter dengan bangsa cina, yaitu menukar beras dengan keramik dari dinasti Tang. (Wenas, 2007)
·         Menjual beras kepada VOC pada tahun 1679 (Watuseke, 1968)
·         Menjual beras kepada Inggris pada tahun 1810 (Molsbergen, 1928)
·         Menjual kopi pada tahun 1813 (Bickmore, 1868) 
·         Menjual kelapa ke eropa 1860 (Schouten, 1998)
·         1854 pasar – pasar dibangun diMinahasa, fungsi uang pertama sebagai alat pembayaran mulai berlaku
·         Pada abad ke-18 masyarakat Minahasa menjual Saguer (Jenis Minuman) dan sagu (Jenis Makanan) kepada Hindia Belanda
·         “Cap Tikus” minuman keras dari pohon enau (Aren) mulai dijual kepada Marinir Belanda pada tahun 1900 (Pigafetta, 1972)
·         1920 penduduk negeri Sonder mulai menjadi pedagang keliling dalam rombongan besar
·         Menjadi tukang, seorang tukang mendapat bayaran kain, sebidang tanah dan barang porcelain Cina (Mangindaan, 1871). 
·         Kerajinan kain tenun telah ada sekitar tahun 1770, Belanda mendapat keuntung 60% dari perdagangan kain tenun Minahasa. Ada kain tenun Tondano, Langouwan, Tonsea dan Bentenan, dan semuanya itu lebih dikenal dengan kain tenun “ Bentenan”(Molsbergen, 1928).
·         Menjual jasa sejak zaman dulu
·         Para Wailan yang menjual jasanya kepada masyarakat dalam melakukan upacara-upacara keagamaan. (Watuseke, 1968)
·         Dan juga menjual jasa keamanan antar sub-etnik di Minahasa dan juga kepada Bangsa Belanda. (Schouten, 1998)
·         Menjual jasa sebagai guru sekolah pada tahun 1885 (Graafland et al, 1898).
Dengan pengalamam berbisnis yang sudah ada sejak abad ke-7 maka tentunya hal tersebut dapat digali untuk dikembangkan menjadi suatu daya saing dalam berwirausaha
3. Berpendidikan
Masyarakat Minahasa sudah mendapat pendidikan sejak kedatangan Spanyol pada abad ke 15 pada  saat mereka membangun sekolah Kristen pertama di Minahasa pada tahun 1617(Muskens, 1971). Pada tahun 1675 menurut laporan Pendeta Montanus  pada zaman VOC sudah ada satu sekolah dengan 25 orang murid di Manado (Watuseke, 1968). Dan pada tahun 1825 Pendeta D. Muller mendirikan sekolah (Graafland et al, 1898) dan tahun 1832 saat pemerintah Hindia Belanda membangun 7 sekolah di Minahasa (Schouten, 1976). 
Tentunya dengan pendidikan bisa menjadi daya saing dalam berbisnis dan berwirausaha maupun secara lokal dan juga internasional
4. Berjiwa Seni
Kesenian Minahasa adalah karya orang Minahasa untuk memenuhi hasratnya akan keindahan dan rasa senang meliputi: Seni suara, seni tari, seni musik, seni sastra, seni ukir, seni patung, seni bangunan, seni gambar, kerajinan, hiasan, busana dan masakan. (Wenas, 2007)
Dengan berbagai macam kesenian yang ada di Minahasa tentunya bisa dikembangkan untuk dijadikan suatu daya saing lokal dalam persaingan global.
Berdasarkan budaya-budaya diatas dapat disimpulkan nilai-nilai yang bisa dikembangkan dalam pengembangan UKM dan bersaing dalam bisnis internasional adalah dengan berdasarkan kebudayaan dan sifat dari Minahasa itu sendiri, yaitu:
1.maesa-esaan (saling bersatu, seia sekata), 
2.maleo-leosan (saling mengasihi dan menyayangi - kerukunan), 
3.magenang-genangan (saling mengingat), 
4.malinga-lingaan (saling mendengar), 
5.masawang-sawangan (saling menolong) dan 
6.matombo-tomboloan (saling menopang). 
Inilah landasan satu kesatuan tou Minahasa yang kesemuanya bersumber dari nilai-nilai tradisi budaya asli Minahasa (Leirissa, 1995).
Nilai-nilai tersebut diyakini akan sangat bermanfaat dalam pengembangan UKM di Manado dan juga berdaya saing internasional. 
Segala Nilai-nilai Budaya Minahasa ini sudah sepatutnya di kembangkan oleh kita, terlebih dalam konteks memanfaatkan daya saing budaya lokal untuk kewirausahaan yang berdaya saing internasional. Karena budaya asli Minahasa sudah semakin pudar pada masyarakat Minahasa saat ini. Seperti yang dikemukakan oleh Dr. Hetty Palm(1961):
“Nowhere in Indonesia has the old culture so fast and so completely disappeared as in the Minahasa. The meaning of the acculturation process was here the rather complete disappearance of old Minahasan cultural elements, with a few exception in the field of material and social culture”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar